Menteri Pertahanan Iran, Jenderal Hossein Dehghan, mengakui bahwa negaranya baru-baru telah melakukan uji coba rudal. Pernyataan terbuka Iran itu disampaikan beberapa hari setelah rudal antar benua mereka jatuh di Myanmar. Hingga kini belum ada laporan resmi korban jatuh. Gedung Putih mengatakan akan memeriksa sejumlah laporan mengenai peluncuran rudal balistik Iran yang dianggap melanggar resolusi PBB.
Jenderal Hossein mengatakan kepada kantor berita Tasnim, uji coba rudal itu segaris dengan rencana Iran, "Dan kami tidak akan membiarkan orang asing turut campur dalam urusan pertahanan kami," ucapnya.
Jenderal Hossein mengatakan kepada kantor berita Tasnim, uji coba rudal itu segaris dengan rencana Iran, "Dan kami tidak akan membiarkan orang asing turut campur dalam urusan pertahanan kami," ucapnya.
Hossein tidak menyebutkan kapan uji coba itu dilakukan atau tipe misil apa yang ditembakkan. Tetapi dia menerangkan bahwa uji cona itu tidak melanggar resolusi PBB atau kesepakatan nuklir 2015.
Menurut Hossein, kesepakatan nuklir yang diteken Iran bersama enam negara superkuat tidak memasukkan ujicoba rudal.
Ketika kesepakatan nuklir itu diberlakukan pada 2016, Dewan Keamanan PBB langsung mencabut hampir seluruh sanksi yang diterapkan kepada Teheran, termasuk pelarangan uji coba rudal pembawa hulu ledak nuklir.
Dewan Keamanan PBB, bagaimanapun juga, tetap berpegang pada resolusi 2015 yang menyebutkan bahwa Iran tidak boleh melakukan uji coba rudal.
Menurut laporan Jewish News, Iran memiliki rudal jarak jauh yang memilik daya jelajah 1.200 mil atau sekitar 1.900 kilometer.
"Rudal ini sanggup menjangkau seluruh negara di Timur Tengah, termasuk Israel," tulis Jewish News, Kamis, 2 Februari 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar