Kamis, 13 April 2017

SEGERA BACA SEBELUM DI BLOKIR.!! GEGERR..!!! AHOK DI PREDIKSI AKAN MENANG..!!! INI DIA PENJELASANYA....

Masuk Putaran Ke-2, Ahok-Djarot Bakal Menang 54%, Anies-Sandi 46%






(seword.com) sengit di Indonesia antara pasangan Agus-Sylvi, Ahok-Djarot dan Anies-Sandi, telah selesai. Hasilnya (quick count) Agus-Sylvi dipastikan tersingkir dengan perolehan suara sekitar 18%. Sementara Ahok-Djarot menang tipis pada kisaran 42% dan Anies-Sandi pada kisaran 39%. Itu berarti karena tidak ada pasangan yang meraih kemenangan di atas 50%, maka Pilkada DKI terpaksa masuk pada putaran kedua: Ahok-Djarot vs Anies-Sandi.
Pendukung Ahok sedikit cemas karena Ahok-Djarot terpaksa bertarung di putaran kedua melawan Anies. Dengan melawan Anies-Sandi di putaran kedua, maka kemungkinan besar Ahok kalah. Alasannya para pendukung Agus akan beralih mendukung Anies. Dari hasil quick count beberapa survei, Ahok hanya menang tipis atas Anies. Jika suara Agus digabungkan dengan suara Anies, maka Anies akan menang pada kisaran 58% atas Ahok yang hanya 42%. Inilah hitung-hitungan di atas kertas yang mencemaskan pendukung Ahok.
Akan tetapi saya tidak sependapat bahwa Ahok-Djarot bakal kalah melawan Anies. Saya justru berpendapat sebaliknya. Ahok akan menang atas Anies-Sandi. Apa alasannya? Strategi. Saya yakin bahwa Pakde Jokowi akan melakukan beberapa manufer menjelang pencoblosan putaran kedua pada tanggal 19 April 2017 mendatang. Selain manufer Jokowi, ada juga beberapa argumentasi lain yang menyimpulkan bahwa Ahok akan menang di putaran kedua.
Pertama, SBY telah mewujudkan skenario Jokowi agar mengorbankan puteranya dan bukan Yusril untuk melawan Ahok dalam merebut kursi DKI-1. Sudah bisa dipastikan bahwa Agus-Sylvi tersingkir. Ini berarti kepentingan SBY sudah tidak ada lagi pada Pilkada DKI. SBY selanjutnya akan berkarir membuat lagu melankolis dan melodrama untuk meratapi kekalahannya, menangisi karir Agus sekaligus menyesali duit yang sudah keluar banyak.
Nah, pada saat SBY gundah-gulana karena diserang terus oleh Antasari, Susno Duadji plus Yusril Ihzra Mahenda terkait  masa lalunya, maka pada saat itu Jokowi akan datang untuk menghiburnya. Maksudnya, Jokowi akan membuka pintu selebar-lebarnya untuk bertemu dengan SBY. Janji Jokowi untuk bertemu dengan SBY sesudah Pilkada, akan terlaksana sebelum Pilkada putaran kedua DKI selesai.
SBY yang sedang terpojok, tentu terpaksa menyanggupi pertemuan tertunda dengan Jokowi. Tidak ada cara lain untuk menyelamatkan muka SBY selain bertemu dengan Jokowi. Dalam pertemuan itu, akan ada deal-deal khusus antara Jokowi dengan SBY. Misalnya, Jokowi lewat invincible hand-nya akan menghentikan gangguan-gangguan kepada SBY seperti yang dilancarkan selama ini. Sebaliknya, SBY akan berjanji untuk tidak mendukung Anies-Sandi. SBY akan kembali kepada habitatnya sebagai partai penyeimbang. Angket-angket DPR yang dimotori oleh Demokrat juga akan dibuat menguap bersama lebaran kuda yang gagal hari ini.
Kedua, ketika ada pertemuan Jokowi-SBY, maka para pendukung Agus yang kebanyakan nasionalis dan bukan kaum agamis, akan mengalihkan dukungannya kepada Ahok. Inilah yang saya maksud bahwa kaum nasionalis yang mendukung Agus sebelumnya (Agus-SBY masih dipandang nasionalis dengan roh partai Demokrat), akan berbalik mendukung Ahok.
Insting politik saya mengatakan bahwa kaum khilafah yang bercita-cita mengganti ideologi Pancasila, sebetulnya sudah mengalihkan dukungannya kepada Anies hari ini. Mereka mengalihkan dukungannya ketika tahu bahwa suara Agus akan anjilok. Saya yakin bahwa peningkatan suara Anies yang signifikan hari ini berasal dari para pendukung kaum khilafah ini. Sementara yang memilih Agus hari ini adalah mereka yang murni berhaluan nasionalis. Jadi, kecemasan bahwa suara Agus akan beralih kepada Anies, tidak perlu ada. Mereka yang berhaluan nasionalis sulit mendukung Anies yang sudah merangkul kaum agamis, kaum pendukung khilafah.
Untuk melihat peta pertarungan antara Ahok vs Anies ke depan, maka perlu dilihat pertarungan para pemangku kepentingan sebelumnya. Pertarungan antara Ahok-Djarot dengan Anies-Sandi akan dimungkinkan menjadi pertarungan mini antara Jokowi vs Prabowo. Dan seperti yang kita lihat pada Pilpres tahun 2014, Jokowi keluar sebagai pemenang dengan perolehan suara 53% sedangkan Prabowo 47%. Nah, inilah dasar prediksi saya Ahok-Djarot menang 54% dan Anies Sandi 46%. Kaum nasioalis vs kaum agamis terulang kembali. Jangan lupa faktor Djarot yang Islam bisa mendulang suara dari kaum agamis moderat.
Kiprah PKS sebagai pendukung utama Anies akan dilihat oleh para pendukung Agus sebagai batu sandungan. Pun dukungan FPI kepada Anies akan dilihat sebagai batu kerikil oleh para pendukung Agus. Dalam sejarahnya, partai agamis dan calon yang merangkul ormas sangar, tidak pernah menang di DKI.
Pada Pilkada DKI 2007 misalnya, Fauzi Bowo yang dimotori oleh kaum nasionalis diantaranya partai Demokrat, menang melawan Adang Daradjatun yang dimotori oleh partai agama PKS. Saat itu suara untuk Fauzi Bowo 57%,87% sedangkan Adang 42,13%. Kesimpulannya ialah khusus di DKI Jakarta, calon yang didukung oleh partai-partai nasionalis selalu menang. Itu berarti suara untuk Ahok yang nasionalis akan didukung oleh para pendukung Agus yang nasionalis.
Ketiga, adik Anies, Abdillah Rasyid Baswedan, saat ini sedang menjadi saksi dalam dugaan kasus korupsi. Abdillah diperiksa oleh Bareskrim Polri terkait pengadaan VSAT (Komunikasi jarak jauh berbasis satelit) di Kominfo. Pemeriksaan Abdillah berdasarkan laporan Komite Aksi Mahasiswa untuk Reformasi dan Demokrasi (Kamerad) yang menuduh Anies menerima gratifikasi atas proyek Vsat itu. Jika kasus itu terbukti menyeret Anies dan dijadikan sebagai bahan gorengan, maka elektabilitas Anies-Sandi ke depan akan anjilok. Keadaan itu jelas menguntungkan Ahok.
Keempat, isu-isu untuk menjatuhkan Ahok, sudah habis. Semua senjata untuk menekuk Ahok sudah dipakai oleh lawan- lawannya. Peluru mereka sudah habis. Sekarang Ahok tinggal pelan-pelan berjyang untuk kembali ke posisi terbaiknya dimana elektabilitasnya di atas 60%. Pada akhir Desember 2016 lalu, elektabilitas Ahok anjilok hingga 20% akibat demo besar 411 dan 211. Namun pada bulan Januari dan Februari 2017, Ahok sukses mengembalikan elektabilitasnya hingga sekarang mencapai di atas 40%. Bukan tidak mungkin, asalkan Ahok tidak lagi melakukan blunder, ia akan mampu mengembalikan imejnya sebagai sosok gubernur yang berintegritas dan bersih dari korupsi.
Kelima, pada pencoblosan pada 15 Februari itu di beberapa TPS, ada banyak kekurangan atau bahkan disebut kecurangan. Pembungkaman suara yang ditengarai ditujukan kepada pendukung Ahok masih terjadi. Bukan tidak mungkin jika masalah ini tertangani dengan baik oleh KPU dan diawasi oleh relawan Ahok-Djarot, maka suara Ahok-Djarot akan meningkat secara signifikan.
Tentu saja gambaran kemenangan Ahok-Djarot di atas akan terjadi jika dia tidak dinonaktifkan dari jabatannya terkait kasus penistaan agama yang menyeret dirinya sebagai terdakwa. Syarat kedua, tuntutan Jaksa atas kasusnya berkisar satu tahun dan syukur kalau di bawah itu. Jika skenario Ahok tetap aktif sebagai gubernur dan tuntutan JPU atas dirinya pada kisaran satu tahun, ditambah kasus korupsi yang dikaitkan pada Anies, maka saya yakin pada putaran kedua 19 April mendatang, Ahok akan menang melawan Anies. Begitulah kura-kura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar