![]() |
Revolusi Yang Tak Diimpikan
|
Sejarah kejatuhan negeri Iran dari negeri Ahlus Sunnah menjadi
negeri para Mullah dengan revolusi yang digulirkan "Imam Besar Spiritual
Khumaini" adalah bukti sejarah dari kebenaran sabda Nabi
Sejarah
kehidupan umat manusia adalah sebaik-baik guru dan cerminan bagi setiap orang
berakal dan berfikir.
Kata orang Arab:
لا
تعجبن من هالك كيف هوى – بل فاعجبن من سالم كيف نجا
“Jangan kagum melihat
orang yang jatuh binasa bagaimana ia terjatuh, tetapi belajarlah kepada orang
yang selamat bagaimana ia selamat”.
Sejarah kejatuhan negeri
Iran dari negeri Ahlus Sunnah menjadi negeri para Mullah dengan revolusi yang
digulirkan “Imam Besar Spiritual Khumaini” adalah bukti sejarah dari kebenaran
sabda Nabi kita yang Mulia dalam bersabar terhadap penguasa yang zalim.
Nabi mengetahui bahwa
kelak akan muncul penguasa-penguasa yang zalim atas rakyatnya, merampas hak-hak
mereka dan mengebiri kebebasan mereka, agar ummat tidak tergelincir ke dalam
jurang kebinasaan.
Beliau ingatkan kita
dengan petuah yang tak ternilai harganya. Lebih indah dari “igauan orang-orang”
yang tidak puas dengan warisan Nabinya, masih terpukau dengan wasiat warisan
kaum yang telah menumpahkan darah Khalifah Ali bin Abu Thalib- khawarij-dan
yang semisalnya.
Dari Alqamah bin Wa’il
al-Hadrami dari Ayahnya ia berkata:” Salamah bin Yazid Al-Ju’fi bertanya kepada
Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam-: “Wahai Nabi.. bagaimanakah
pandangan tuan sekiranya datang pada kami para penguasa yang menuntut
hak-haknya kepada kami, tetapi mengabaikan hak-hak kami atasnya, apakah kiranya
titah tuan?. Pada kali ke tiga Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun
menjawab:
اسمعوا
وأطيعوا فإنما عليهم ما حملوا وعليكم ما حملتم
“dengarkan dan
patuhi, sesungguhnya mereka akan ditanyakan tentang apa yang mereka emban dan
kalian akan pula ditanyakan atas apa yang kalian emban” (HR. Muslim).
Lebih jelas lagi Nabi
menggambarkan kelak kemunculan para penguasa berhati iblis dan berwajah
manusia. Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
يكون
بعدي أئمة لا يهتدون بهداي ولا يستنون بسنتي،وسيقوم فيهم رجال قلوبهم قلوب
الشياطين في جثمان إنس
“Akan datang masanya
kelak setelahku para penguasa yang tidak mengikuti petunjuk dan sunnahku, dan
akan ada diantara mereka orang-orang yang berhati syetan dalam wujud manusia”
Maka Hudzaifah
bertanya:” apa yang harus ku lakukan dikala itu wahai Rasulullah sekiranya aku
ada di masa itu”?
Maka Nabi shallallahu
alaihi wa sallam menjawab:
تسمع
وتطيع للأمير وإن ضرب ظهرك وأخذ مالك فاسمع وأطع
“Dengar dan patuhi
pemimpinmu sekalipun ia mempecut punggungmu dan mengambil hartamu, dengarkan
dan patuhi” (HR. Muslim).
Dengan meninggalkan
ajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan mengikuti seruan
musuh-musuh Islam, maka lenyaplah kekuasaan Ahlus Sunnah di Iran, dan hilang
menara-menara yang menyerukan “hayya ‘alal falah” berganti dengan seruan
“hayya ala khairil amal” (lafadz adzan ala syi’ah, ed).
Puji-pujian kepada para
sahabat berganti dengan celaan dan sumpah serapah bahkan cacian dan makian.
Negeri yang pernah
mengeluarkan generasi terbaik ummat semisal Salman Alfarisi dari generasi
Sahabat, dan para ulama-ulama besar semisal Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit, Abu
Hatim Ar-Razi, Abu Daud, Ibnu Majah, Abu Ja’far At -Thabari, Baihaqi, maupun
ImamAl-Bukhari dll. berganti menjadi negeri yang mengeluarkan kaum Munafikun
-Rafidhah- menjadi detonator pemicu pemberontakan di berbagai Negeri Islam.
Semua bermula dari sepak
terjang penguasa tirani Syah Muhamad Reza Fahlevi yang menyengsarakan
rakyatnya.
Hal tersebut
menginspirasi rakyat untuk memberontak. Seluruh elemen dan kelompok-kelompok di
masyarakat, apapun idiologi dan kecenderungannya, lintas mazhab, baik yang
Syiah, Ahlus Sunnah bahkan Komunis bersatu padu menghadapi musuh bersama,
diktator besar Syah Muhammad Reza Fahlevi.
Untuk mewujudkan mimpi
mereka, harus dinobatkan orang yang paling berpengaruh dan paling membenci Syah
Iran kala itu. Kesepakatan tegak untuk menobatkan Khomeini sebagai Imam Besar
mereka, sebagai simbol perlawanan terhadap penguasa.
Khomeini disanjung
setinggi langit sebagai tokoh agama yang zuhud, wara’ , ‘taqwa, tak butuh
kekuasaan maupun gemerlap dunia. Seluruh media massa tak kalah menyiarkan
berita kehebatannya dapat menyatukan berbagai garda para pejuang yang beraneka
ragam.
Janji-janjipun diumbar
bahwa ia akan menerapkan syariat Islam bila revolusinya berhasil.
Khomeini menang, Syah
Tumbang dan dalam waktu singkat berubahlah haluan negeri Ahlus Sunnah itu
menjadi negeri yang paling zalim terhadap Ahlus Sunnah. Semua masjid, sekolah
dan madrasah Ahlus sunnah dihilangkan. Para alim ulama mereka di teror dan
dibunuh. Tinggalah Negeri Salman Al Farisi itu kenangan pahit yang tak
terlupakan, menjadi tangisan sepanjang zaman atas kecerobohan mempercayai kaum
Rafidah sebagai pimpinan, dan buah dari pemberontakan yang menjadi mimpi buruk
para mujahidin yang tertipu.
Sejarah seperti di
ataskah yang akan di tiru anak bangsa ini..?
Pemimpin spiritual yang
seperti itukah yang menjadi impian anak bangsa ini?
Tak layak seorang muslim
terperosok ke dalam lubang yang sama dua kali.
Oleh: Ust. Abu Fairuz
Ahmad Ridwan, Lc.
Sumber: Muslim.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar